Menghadiri Undangan Nikah di Pasir Endah

Pagi ini jam stengah enam aku dah siap-siapin diri untuk nganter Mom, sesuai janjiku minggu lalu, ke pernikahannya anak bu Iswadi, tetangga. Aku pakai batik biru, nyopirin Mom, Dian, Mak Dudung, dan satu lagi Ibu sebelah rumah aku lupa namanya. Bapak nggak ikut, nunggu rumah aja.

Sebelum berangkat, kami menuju rumah Bu Is dulu. Well, pada sibuk semua kelihatannya. Dan sekitar setengah jam kemudian kami berangkat beriringan sekitar lima mobil menuju tujuan di kelurahan Pasir Endah, Kecamatan Ujung Berung (masih masuk kota Bandung).

Rupanya mobil harus naek gunung dulu, di kampung yang ada di punggung gunung. Datang udah disambut ama degung sunda. Si yang punya hajat rupanya menyewa grup ini untuk menghibur hadirin.

Aku duduk agak terpisah dengan rombongan BPI, dekat rumah yang ada warungnya. Hehe, aku lihat ada tulisan “maaf tong nganjuk” menempel di dinding kaca warung itu. Nggak tahu apa artinya, tapi sepertinya lucu juga. Orang-orang ada yang beli makanan ringan untuk anak-anaknya, ada yang beli rokok, ada juga yang minta dibuatkan kopi.

Daripada bengong nggak keruan, setelah dari tadi menunggu acara dimulai, aku putuskan untuk turun saja, menuju parkiran mobil, sekalian mau baca koran.

Sampai parkiran dan ambil koran di mobil, aku menghampiri bapak satpam yang tadi mengatut posisi parkir saat kami baru datang. Ngomong ngalor ngidul, seru juga, setidaknya mengisi waktu untuk menunggu acara pernikahan selesai. Si bapak satpam tadi cerita sedikit tentang dirinya yang ternyata berasal dari Tangerang, sejak tahun 1975-an hijrah ke Bandung, dan istrinya ya orang Pasir Endah itu. Beliau cerita juga tentang saluran air di tepi sungai kecil yang kebetulan posisinya ada dekat aku duduk, yang katanya dibeli oleh kolam renang dengan cara mengalirkan air dari sumber ke kolam renang. Nampak ada pula orang mengisi wadah-wadah penampunga air dari mobil. Wah, kebayang sedikit lah, gimana kalau aku ambil rumah di situ.

0 komentar: