Mayek Oh Mayek

Hari ini aku menerima sms dari adikku tercinta, Mayek tentang permasalahan berat yang dirasakannya saat ini. Rencana penikahan di awal Maret tahun ini ternyata mengundang banyak masalah, dari mulai kehadiran dari saudara calon suami yang tidak “disukai” keluarga, teman-teman di kantor yang bersikap aneh dengan rencana nikah ini, bos yang makin aneh saja kelakuannya. Dan soal anggaran juga jadi masalah, karena ini seolah-olah dipertaruhkan dalam soal gengsi keluarga. Aduh mak !

Aku hanya bisa memberi nasehat pada adikku satu ini. Terbayang kalau aku mengalami hal yang sama, mungkin mengalami sakit yang sama dengan Mayek. Aku hanya nasehatkan saja bahwa dia harus PASRAH pada Allah, mau diapain aja, tetap pasrah. Aku yakin dengan semakin “menyerah”, maka kita akan semakin “menang”.

Aku juga berpesan bahwa dia harus selalu ingat bahwa aku dan istriku selalu ada di belakang untuk mendukungnya. Kami selalu bersedia menjadi “shoulder to cry on”. Ya tapi mudah-mudahan tidak sampai termehek-mehek begitu.

Aku hanya bisa berdoa buat adikku, semoga Allah memudahkan segala persoalannya. Semua memang mengalami cobaan, karena surga tidak murah. Semoga aku, adik-adikku dan keluarga semua bisa bertemu di surgaNya. Amin.

Kemarin ada peristiwa unik di sore hari, saat Caca main di rumah. Aku kedatangan seorang pria tanggung, ramah sekali, datang sendiri. Tadinya aku pikir dia adalah anak STT yang ngontrak di sebelah rumah. Ternyata dia menawarkan jasa terapi, siapa tahu bapak ada sakit-sakit di badan atau apa gitu, katanya.

Saya serta merta bilang nggak dulu. Dia, masih dengan sikap ramahnya, mengatakan tidak apa-apa, lalu pergi. Anehnya beberapa detik kemudian aku tiba-tiba menjadi tidak enak hati, dan jadi seperti orang linglung. Aku segera pakai baju, setengah berlari mengejar si mas tadi, sayang sampai di pertigaan dekat rumah Michael sudah tidak ada jejaknya lagi.

Aku jadi gak enak hati tadi karena aku pikir andai saja aku mau diterapi oleh si Mas itu, paling-paling aku keluar duit 10 sampai 20 ribu saja. Apalah arti uang sebesar itu dibandingkan dengan keramah tamahan yang ditunjukkannya padaku. Kasihan anak itu, terbayang mungkin dia sangat mengharapkan mendapatkan rejeki dari rumahku. Astaghfirullah. Ampuni hamba-Mu yang tak tahu diri ini.

0 komentar: