Iseng-iseng Maen ke Pasar Dayeuhkolot

Tidak tahu kenapa hari ini badan saya agak terasa loyo. Mungkin capek kemarin-kemarin lembur menyelesaikan pe-er tugas dari Bu Ida, salah satu dosen saya, masih terasa efeknya, padahal sampai jam setengah satu malam, nggak sampai subuh. Saya memang tipikal orang yang nggak bisa begadang, memenuhi anjuran Rhoma Irama deh, jangan begadang kalau tiada artinya, he..he..

Setelah pulang kuliah, sekitar waktu ashar, saya siap-siap lagi untuk nemenin istri, seperti janji saya kemarin, untuk beli sepatu ke pasar dayeuhkolot. Sebenarnya sih dia yang nemenin saya, karena saya yang lebih berkepentingan. Waduh, padahal lagi malas berat nih, tapi apa boleh buat, besok kan ada jadwal futsal ama temen-temen kampus, saya sudah harus dapat sepatu futsal malam ini juga, karena sepatu futsal saya ketinggalan di Cimahi.

Akhirnya kami berdua menuju pasar Dayeuhkolot, yang seperti biasanya, padat merayap. Full sepeda motor. Suaranya bising, ditambah dengan suara dari speakernya jongko penjual CD-CD, yang masih saja setia memperdengarkan lagunya Ungu yang versi religi itu dan dari ST12, kalau nggak salah judulnya Carli – cari pacar lagi. Ini dua lagu emang bulan terakhir ini sedang nge-hit, palagi lagu religinya Ungu tuh, yang selalu membuat saya teringat pas puasa Romadlon kemarin. Wah, jadi kangen ama Romadlon, dan sekalian teringat perjalanan menuju Jogja pas lebaran kemarin.

Nampak megah terlihat masjid as-shofiah dari jarak sekitar 30 meteran, di sebarang jalan dari masjid, tepatnya di depan warung orang jualan batagor dan di sebelahnya ada yang jualan bubur ayam, yang kelihatannya rame banget (kapan-kapan perlu dicoba nih!). Wah sayang saya nggak bawa kamera untuk mengabadikan sikon di sana, plus si mesjid tentunya.

Maghrib saya dan istri sholat di masjid tersebut. Ini kali kedua saya berkesempatan sholat di sana, sedangkan bagi istri saya ini adalah kesempatan pertamanya. Ada kejadian agak lucu juga, saat istri ngejar-ngejar ibu-ibu yang juga kebetulan baru selesai sholat di situ. Si Ibu itu rupanya gak sadar kalau salah satu sandalnya salah, yang terambil malah sandal istri saya. Padahal sudah jalan bebarapa meter, tapi kok nggak merasa nggak enak ya? Atau mungkin dia lagi sibuk ama anak dan kedua temannya.

Dan akhirnya saya dapat sepatu futsal baru, ya lumayan murah juga, Rp 125 ribu. Padahal sepatu yang kemarin harganya jauh lebih murah, Cuma Rp 60 ribu, belinya di Pasar Kembang Dalem Kaum, sekitar 5 bulan lalu. Tapi ya itu, baru dipakai 3 kali aja sudah pada sowak alias rusak, yang akhirnya saya sol-kan, dijahit keliling. Saya sih cuek saja ama temen-temen yang pada punya sepatu yang lumayan bagus untuk maen futsal di Bikasoga Buah Batu.
Sepulang dari pasar, kami sempat mampir ke ATM Bank Mandiri Bojongsoang, bank-nya istri, yang baru saja didirikan di situ, sekitar satu bulan lalu. Lumayan nih ada Bank Mandiri dekat-dekat sini, karena akhirnya kami bisa bayar tagihan listrik, tagihan telpon dan tagihan speedy via ATM, nggak perlu lagi pakai sistem “manual”, harus mendatangi loketnya langsung, seperti yang bulan-bulan kemarin kami lakukan. Ya memang sih, waktu ke kantor Telkom untuk bayar telpon dan speedy misalnya, saya sekalian cari-cari makan yang aneh-aneh alias berwisata kuliner, disamping juga nungguin istri belanja di pasar Gordon.

Perhatian saya tertuju ke kain reklame yang dipasang di depan suatu bangunan semacam ruko, persis di sebarang warung penjual pecel lele langganan kami bersama. DI situ ada penawaran Qiblat Compas, karyanya Dino Product. Ada saja ya produk-produk unik saat ini. Alhamdulillah, yang begini ini penting dan berguna buat umat Islam. Saya ngebayang, ada nggak yang survey berapa masjid di Indonesia ini yang arah kiblatnya kurang sempurna.

Sampai di rumah, saya harus bergegas siap-siap lagi sholat Isa di masjid PERSIS GBA-1, nggak terlalu jauh dari rumah kontrak yg aku tempati saat ini. Kata salah seorang bapak jamaah kemarin di masjid, akan ada pengajian rutin tiap malam Kamis. Dan Alhamdulillah, saya berkesempatan untuk menghadirinya. 

Topik pengajian adalah tentang dalam kasus wudlu, dan bagaimana suatu hadits (masiih terkait wudlu) memperkuat penjelasan dari Quran dari surat Al Maidah ayat 6.

Saya sempat nanya-nanya pada ustadz yang memimpin pengajian tersebut (cuma 6 orang saja di sana. Misalnya kenapa kok dalam surat Almaidah 6 (yg sedang dijadikan topik pengajian) Allah tidak memerintahkan kita untuk wajib membasuh telinga? Padahal telinga kan lebih sering keluar kotoran daripada kepala misalnya. Yah, agak kecewa juga, karena dijawab denngan perbandingan itu mirip dengan menanyakan kenapa sholat subuh harus dua rokaat, nggak empat rokaat. Yah, sudahlah, salah saya kali ya, nanya yang begituan pada forum itu, bukan bermaksud untuk mengatakan nggak level, tapi mungkin ini masalah pada ustadz-nya yang mungkin tidak fokus ke pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

But, saya hepi kok, nggak tahu kenapa kok hati ini kalau udah pulang dari masjid terasa dingin. Duh ya Allah, jangan hilangkan perasaan seperti ini setiap kali pulang dari "rumah-Mu" selamanya sampai aku mati nanti. Amin.

0 komentar: