Journey to Masjid Raya

Hari ini ku and wife journey to masjid raya

Dimulai dari naek becak dari rumah sampai pertigaan Dayeuhkolot-Bojongsoang. Sudah jam setengah satu, udah lapar nih perut, akhirnya beli pisang molen di pertigaan itu buat mengganjal perut untuk sementara. Enak juga tuh molen, enak karena lapar kali.

Sengaja memang hari ini kami naek angkot saja, disamping karena lagi malas driving, ku juga pingin tahu jalur angkot kalau menuju kota. Nggak lama juga kok, 40 menit lah, udah sampai depan masjid raya Bandung.

Suasana depan masjid raya (alias alun-alun) ramai banget, maklum pada liburan. Anak-anak berseliweran di depan masjid dan sekitar air mancur.

Kami terus jalan ke pasar baru, melewati kantor pos besar Bandung. Terkenang dulu tahun 90-an ku sering jalan-jalan di tempat ini, dan pernah kirim surat bahkan uang ke Tripod, penyedia website gratisan yang terkenal waktu itu, tapi nggak jelas kelanjutannya gimana.

Kami makan di warung langganan perempatan jalan ABC, depan toko-toko lampu. Biasa lah, ayam goreng dan sambalnya yang khas punya. Sayang, sambel hijaunya habis, dan sayang pula tidak nampak Ibu yang biasa meladeni kami. Istirahat dulu, kata anak muda yang melayani kami, mungkin anaknya si Ibu kali.

Terus setelah menyusuri jalan ABC, kubiarkan wife eksplorasi pasar baru. Kupikir dia nggak mau diganggu tuh, nggak tahu mau beli apa buat keluarganya di Jakarta. Ada plan besok dia mau pulang ke sana, karena hari Rabunya ku dikontrak Mom nganterin ibu-ibu kompleks BPI Cimahi menuju Ujung Berung, tempat nikahan anaknya temen Mom.

Aku tunggu wife di masjid, sambil menunggu sholat Ashar. Wah, ada pengajian di sana. Ratusan ibu-ibu dan bapak-bapak mendengarkan pengajian berbahasa sunda. Aku nggak begiru ngeh dengan ceramah si ustadz, walaupun sedikit-sedikit mafhum lah.

Usai sholat, saat berniat ambil sandal di tempat penitipan, surprise juga bertemu dengan anak-anak didikku dulu di STM SandhyPutra Makassar. Ada lima boys, lagi jalan-jalan, dan saat itu berniat naik menara masjid raya. Sekalian aku ambil foto bersama mereka, yah kapan lagi bisa ketemu. Siapa tahu next time tidak bersua lagi. Senangnya hati ini mereka masih mengingatku.

Lalu kami balik ke pasar Dayeuhkolot, menikmati bubur ayam di seberang masjid As-shofiyah. Lumayan ramai itu warung bubur, laku keras juga. Lumayan enak sih. Sayangnya pas mau beliin kue putu buat Caca, eh full ngantrinya, batal deh, beli roti bakar saja.

Well, rada gerah juga malam ini, ditambah lagi wife salah mulu milih angkot pulangnya, akhirnya naik becak sampai ke rumah. Kasiyan bapak becaknya, dari siang sampai malam baru rit tiga kali katanya. Ku and wife mencoba menawar harga, malah dia bilang terserah saja. Kami paksa menawar agar dapat harga yang pantas, eh si bapak malah keukeuh tidak mau tawar menawar, berapa sajalah katanya.

Masuk rumah langsung mandi, sholat Isya dan akhirnya kutemukan jemariku bermain-main di keyboard kesayanganku. Nyamannya hidup ini. Trimakasih Tuhanku, atas segala kelapangan ini. Alhamdulillah.

0 komentar: